Minggu, 04 Februari 2018

Sang Penggesek Biola, sebuah roman Wage Rudolf Supratman

ISBN 978-602-7926-41-7
Format 14 x 21 cm 
Jumlah halaman 406 hlm
Harga Rp. 90.000

Setelah kemunculannya membawakan lagu Indonesia Raya—yang disebutnya sebagai lagu kebangsaan—pada Kongres Pemuda Kedua tahun 1928, hidup Wage Rudolf Supratman berubah. Agen-agen PID (Dinas Intelijen Kepolisian Hindia Belanda) terus mengawasinya. Upaya Supratman menyebarkan lagu itu pun selalu membentur dinding, mulai dari menyebarkan partitur lagu itu lewat surat kabar Sin Po, hingga merekamnya dalam piringan hitam. Surat kabarnya disita dan piringan hitamnya dimusnahkan.
Di tengah gejolak politik, kisah cinta Supratman dengan Mujenah juga tak mulus. Ia akhirnya menemukan sosok pengganti bernama Salamah. Sayangnya, keluarga Supratman tak merestui. Kisah cinta keduanya begitu menghanyutkan dan mengharu biru di tengah kehidupan mereka yang serba pas-pasan.
Sementara itu, Pemerintah Hindia Belanda tak henti menyebar kabar bohong. Lagu Indonesia Raya disebut sebagai lagu jiplakan. Tak pelak lagi, Supratman diburu. Ia meninggalkan Batavia, tapi agen-agen PID itu selalu mengikuti ke mana pun ia bersembunyi!
***
Endorsement:
“Roman tentang W.R. Supratman ini menjadi penting untuk siapa pun yang ingin melihat awal mula dan merawat Indonesia, semua berawal dari karya cipta berupa sebuah lagu.”
Glenn Fredly, musisi, penggagas Voice of The East (VOTE)
“W.R. Supratman, sang pencipta lagu Indonesia Raya, seringkali hanya diingat semata-mata sebagai pencipta lagu. Padahal, proses menuju penciptaan lagu tersebut tidak mudah. Kebebasan ia pertaruhkan untuk mengekspresikan kecintaannya pada Indonesia melalui seni. Generasi muda harus membaca lagi tentang W.R. Supratman agar kita paham sejarah seorang musisi yang lagunya mengumandangkan nasionalisme di Indonesia hingga hari ini.”
Tsamara Amany Alatas, aktifis perempuan, penulis buku Curhat Perempuan

Laki-laki Bersayap Patah, Kumpulan Naskah Drama Yudhi Herwibowo

Penulis
Yudhi Herwibowo
Ukuran : 13 x 20 cm
Isi : 140 halaman kertas HVS 70 gram
Cetakan I, 2017
Genre : Naskah Drama
ISBN: 978-602-0947-67-9
 
 
Dan aku tentu akan membiarkannya saja begitu. Aku mencoba tak bergerak secara berlebihan. Aku tak mau mengganggu kosentrasinya. Toh di saat-saat itu aku masih mengantuk, sehingga mudah saja bagiku untuk melakukannya. 

Namun aku mungkin sedikit berlebihan. Kadang, samar-samar aku seperti bisa merasakan gesekan penanya. Padahal buku catatan miliknya sebenarnya cukup tebal. Mungkin sampai 200 halaman. Seharusnya aku tak bisa merasakan gesekan apa pun. Apalagi tekanan tangannya pada kertas sangatlah halus. Anehnya, lama-lama aku seperti bisa membaca apa yang ditulisnya. Tentu hanya potongan kata-kata yang nyaris tak begitu kuyakini. Jadi aku pun kemudian abai saja.

Tapi itulah kesalahanku. Sama seperti saat aku mengabaikan salah satu buku yang dipegangnya, Malaikat Melawan Iblis. Kali ini pun aku benar-benar tak menganggap penting apa yang ditulisnya. Walau, aku merasakan satu penggalan puisi yang ditulisnya.

di sini angin telah menunjukkan titik kematiannya
kau akan mati tanpa pernah kau sadari!

Ah, andai aku bukan laki-laki bebal yang memusuhi buku dan semua yang ada di dalamnya, aku pasti tahu maksud dua kalimat itu!