Ini bukuku ke23
buku komediku ke3 (harusnya ke4 ding)
begitu ngeliat covernya saya langsung wakakakak sendiri...
dulu buku ini dijudulkan oleh penerbitnya Bentang : 'BUDIO NO, BUDI ANDUK YES'. dan direncanakan akan terbit sebelum pemilu. tapi ternyata gak ngejer waktunya. makanya terus buku ini mengendap lamaaaaaa juga. baru kemudian dapet ide kayak gini! hehehe sebagai pengagum budi anduk saya merasa tersanjung, wekekek...
*****
Kambing Betina
Sebelumnya perlu saya klarifikasi kalau cerita ini sumpah mateng, bukannya mau mengikuti kesuksesan kambing jantan. Ini jelas berbeda. Karena ini merupakan cerita yang bener-bener tentang kambing!
Saya menuliskan cerita ini karena belakangan ini saya sering makan sate kambing. Minimal seminggu 2 kali, atau kalau lagi sadar keresterol, yaaa, seminggu sekali saja.
Sekarang ini saya punya tempat langganan sate yang asik punya. Kalau saya kesana, saya cukup datang saja, gak perlu mesen seperti biasanya ; “Satenya satu porsi, Mas, 10 tusuk. Gak perlu pakai ati, pilihin gajihnya yang banyak, entar kecapnya juga yang banyak ya, gak usah pake tomat sama bawang, tapi kolnya dibanyakin dan ditaruh dipinggir piring aja, jangan dicampur sama satenya, bakarannya yang mateng ya, Mas, trus nasinya satu setengah yang anget! Minumnya es teh, tapi kalau bisa yang mereknya yang Cap Gardu, karena wangi sama rasanya wuenak tenan… ”
Yap, saya gak perlu sampai ngomong sepanjang itu. Tinggal masuk, duduk di kursi, dan langsung deh dibuatin.
Sip banget, pelanggan sejati ceritanya. Kalau dalam istilah Solo : Wis Lengganan, hehe!
Akhir-akhir ini memang kambing lagi banyak disuka. Itu mungkin karena sudah dibuat lagunya oleh grup musik Bruket, yang lagi naik daun. Inget kan lagunya?
hanya kambing yang bisa
membuuuuat aku jadi tergila-gila
membuuuuat aku jatuh ciiiinta
karena tak ada yang lain selainmu…
Setiap makan sate kambing saya sering mengkilas betapa menderitanya saya dulu karena jaraaaang banget makan sate kambing. Saya pol makannya ayam… lho ayam kan mahal? Bentar dulu, ayamnya ayam tiren, hikz…
Hehe, lebaiiii!
Maka itulah karena sekarang sering makan sate kambing, saya bisa nandain sate yang enak dan sate yang enak banget (sate kambing memang cuma punya 2 rasa). Dan kesimpulan saya : sate yang enak itu bukanlah sate yang dibuat dari kambing yang masih muda, tapi kambing yang betina. Ini mitos yang bener…. bener-bener jayus maksudnya.
Tapi walau jayus analisanya masuk akal kog. Gini : konon keringat kambing betina lebih sedikit dari kambing jantan. Makanya daginya gak apek. Lebih terasa… harum malah, hehe… rexona banget!
Cerita soal kambing saya punya pengalaman seru bareng Ibun dan Tono.
Dua anak ini dulunya walau culun, tapi memang kemaki luar bisa, hehe. Gak beda jauh dari saya, hehe. Sekedar deskripsi bagi mereka : Tono itu temen satu angkatan saya di arsitek, orangnya kurus, tinggi, dan kalau ngentut selalu ngaku. Sedang kalau Ibun, dia adalah temennya satu kost Tono. Anaknya pendiem, baik dan kalau ngentut pasti nuduh Tono, hehe…
Sebelumnya perlu saya klarifikasi kalau cerita ini sumpah mateng, bukannya mau mengikuti kesuksesan kambing jantan. Ini jelas berbeda. Karena ini merupakan cerita yang bener-bener tentang kambing!
Saya menuliskan cerita ini karena belakangan ini saya sering makan sate kambing. Minimal seminggu 2 kali, atau kalau lagi sadar keresterol, yaaa, seminggu sekali saja.
Sekarang ini saya punya tempat langganan sate yang asik punya. Kalau saya kesana, saya cukup datang saja, gak perlu mesen seperti biasanya ; “Satenya satu porsi, Mas, 10 tusuk. Gak perlu pakai ati, pilihin gajihnya yang banyak, entar kecapnya juga yang banyak ya, gak usah pake tomat sama bawang, tapi kolnya dibanyakin dan ditaruh dipinggir piring aja, jangan dicampur sama satenya, bakarannya yang mateng ya, Mas, trus nasinya satu setengah yang anget! Minumnya es teh, tapi kalau bisa yang mereknya yang Cap Gardu, karena wangi sama rasanya wuenak tenan… ”
Yap, saya gak perlu sampai ngomong sepanjang itu. Tinggal masuk, duduk di kursi, dan langsung deh dibuatin.
Sip banget, pelanggan sejati ceritanya. Kalau dalam istilah Solo : Wis Lengganan, hehe!
Akhir-akhir ini memang kambing lagi banyak disuka. Itu mungkin karena sudah dibuat lagunya oleh grup musik Bruket, yang lagi naik daun. Inget kan lagunya?
hanya kambing yang bisa
membuuuuat aku jadi tergila-gila
membuuuuat aku jatuh ciiiinta
karena tak ada yang lain selainmu…
Setiap makan sate kambing saya sering mengkilas betapa menderitanya saya dulu karena jaraaaang banget makan sate kambing. Saya pol makannya ayam… lho ayam kan mahal? Bentar dulu, ayamnya ayam tiren, hikz…
Hehe, lebaiiii!
Maka itulah karena sekarang sering makan sate kambing, saya bisa nandain sate yang enak dan sate yang enak banget (sate kambing memang cuma punya 2 rasa). Dan kesimpulan saya : sate yang enak itu bukanlah sate yang dibuat dari kambing yang masih muda, tapi kambing yang betina. Ini mitos yang bener…. bener-bener jayus maksudnya.
Tapi walau jayus analisanya masuk akal kog. Gini : konon keringat kambing betina lebih sedikit dari kambing jantan. Makanya daginya gak apek. Lebih terasa… harum malah, hehe… rexona banget!
Cerita soal kambing saya punya pengalaman seru bareng Ibun dan Tono.
Dua anak ini dulunya walau culun, tapi memang kemaki luar bisa, hehe. Gak beda jauh dari saya, hehe. Sekedar deskripsi bagi mereka : Tono itu temen satu angkatan saya di arsitek, orangnya kurus, tinggi, dan kalau ngentut selalu ngaku. Sedang kalau Ibun, dia adalah temennya satu kost Tono. Anaknya pendiem, baik dan kalau ngentut pasti nuduh Tono, hehe…
*****