Minggu, 03 Januari 2010

Gokil van Ngekos



Buku ke24 saya akhirnya terbit di penghujung tahun 2009. alhamdulillah.

ini termasuk naskah paling lama yang saya tunggu. mungkin sekitar 11 bulan dari pertama kali saya kirimkan seblulan setelah Kuch kuch Lebai Hai terbit.

Konsep awal buku ini adalah lanjutan dari Asoi Geboi Bohai. Waktu saya kirim dengan judul : Asoi Lebai Lagai, sengaja dengan judul itu supaya ada hubungan dengan 2 buku saya sebelumnya : Asoi Geboi Bohai dan Kuch kuch Lebai Hai...

Tapi ternyata penerbit menggantinya menjadi Gokil van Ngekos. Gak masalah. judul ini jadi terasa lebih menjual.

Awalnya buku ini cuma memuat 24 cerita. Namun di akhir finishing layoutnya, saya menambahkan 3 cerita : voli pantai ala eltoros, mbah citro selingkuh sama demam fitnes.

Buku ini jadi terasa sangat penuh. tebalnya 224 halaman dengan font yang lebih kecil dari biasanya. kertasnya juga memakai kertas koran, hingga harganyanya cuma 24.500. sangat terjangkau bag abg yang kalo beli pulsa gocengan doang, hehe. Intinya : membeli buku ini terasa marem banget. tebel, fontnya kecil2 dan ceritanya banyak... bisa baca 7 hari 7 malam, hehe...

*****
salah satu petikan ceritanya :

Tikungan Kematian

Seperti yang semua tahu, sebelum kost di eLtorros, saya kost di pinggir jalan Ir. Sutami. Kostnya memang gak ada namanya, tapi sumpah terkenal banget, terutama di lingkungan pemilik kost! Halah!
Ada pengalaman yang gak akan saya lupa kost disana. Bukan di dalam kostnya, tapi di depan kostnya. Tepatnya di tikungan jalan besar di depan kost saya.
Di tikungan itulah kerap terjadi banyak kecelakaan. Konon, dari cerita turun-temurun orang-orang tua di sekitar kost saya, tikungan itu dinamakan… tikungan kematian!
Tereeeeeng!
Sebuah cerita pernah terkuak beberapa tahun lalu. Saat itu pernah ada seorang reporter televisi swasta meliput soal tikungan ini. Baru aja dia bilang, “Para pemirsa, kini saya tengah berada di tikungan yang dikenal oleh masyarakat Solo sebagai tikungan kemat…”
Lalu… wuuuuuush… BRAAAAK!
Sebuah gerobak bakso langsung menabraknya dengan sukses. Kasian banget, dia sampai terkapar tak berdaya. Beberapa jerawatnya terpaksa diamputasi.
Sumpah ini beneran terjadi. Cuma sekedar contoh kecil.
Kadang saya merasa seperti salah memilih tempat kost. Namun dari situlah saya mendapat banyak pengalaman yang selalu berhubungan dengan segala macam kecelakaan. Hampir seminggu sekali terjadi kecelakaan. Bahkan sekali waktu, saat lagi ditengok keluarga dari Purwokerto, kecelakaan terjadi tepat di depan jendela kamar saya!

*****
Cerita pertama saya tentang kecelakaan adalah saat saya memakai baju favorit saya.
Waktu itu saya punya satu baju favorit. Walau hanya kaos biasa, tapi gambarnya bo! Michael Jackson!
Saya ini… apa ya sebutannya? Jacksonis? Jacksoner? Bala Jackson? Sobat Jackson? Pokoknya gitu deh. Sebelum semua orang suka Jacko setelah ia meninggal, saya bener-bener sudah suka Jacko lamaaaa benget, mungkin dari jaman saya masih ingusan. Satu persamaan saya dengan Jacko adalah , kalo megang anu, kita langsung njinjit dan mendesah atau berteriak, ‘yiiiiha!’
Sebenernya saya punya 3 kaos dengan gambar Michael Jackson. Tapi yang paling saya suka, ya yang ini. Abis ini yang paling mahal. Saya belinya di Jogja. Kata yang jual ini buatan luar, luar Jogja maksudnya, kalau gak Bandung berarti Jakarta.
Kaos putih ini bergambar Michael Jackson di tengah konsernya. Ia lagi berdiri jinjit di mana satu tangannya memegang topi yang diturunin sedikit, lalu tangan satunya lagi memegang anunya. Gambar ini bener-bener mengandung filosofi yang dalam buat saya. Topi yang sedikit menunduk adalah simbol kalau Michael Jackson menghormati para penggemarnya. Kaki yang berdiri menjinjit adalah simbol beratnya beban hidup Michael Jackson selama ini. Dan tangan yang sedang memegang anunya adalah symbol untuk dirinya yang selalu menjaga nafsu syahwatnya! Buseeet, dalem banget!
Saya beruntung punya kaos dengan nilai filosofi begitu dalem. Apalagi yang bikin lebih istimewa, ada manik-maniknya tersebar di beberapa bagian. Jadi bikin berkilauan kalau dipakai.
Sumprit, kalau saya jalan dengan kaos itu, kesannya saya ada di atas panggung. Apalagi kalau kedapatan ada yang lagi nyetel lagunya Michael Jackson….

la la la la la…. black or white
li li li li li… black or white…

Tanpa sadar saya bakalan melakukan moonwalker. Kereeen!
Tapi sayangnya, kesukaan saya ini membuat temen-temen saya sering dihinggapi perasaan sirik. Katanya kaos saya itu mirip banget baju dangdutnya Camelia Malik…
Sotoy, gak tau orang seneng!

*****

23 komentar:

Anonim mengatakan...

aku pengen bisa jadi penulis kayak kakak......caranya gimana ya??ni baru belajar...mohon bantuannya n petunjuknya ya,,,hehehe

Yudhi Herwibowo mengatakan...

buat nengutami bisa kog. menulis itu bisa dipelajari. sekarang mulai nulis2 yang kecil2 dulu aja kayak cerpen, atau kejadian sehari2. pilih temannya yang paling bagus, bikin alurnya lalu pilih tokoh2nya yang bermain. yaaa, dimulai dari sekeliling kita dulu aja...
sayu lagi yang jangan dilupa : banyak2 baca, jadi kita bisa menilai cerita yang bagus itu gimana, yang jelek gimana... gitu... :)

Anonim mengatakan...

hmmmm..... smoga udah nyampe d kendariii..

Yudhi Herwibowo mengatakan...

pasti udaaaah... hehe

anggie d. widowati mengatakan...

Yudhi, terus terang saya senang bisa mengenal anda lewat facebook, hingga mungkin bisa mulai bertukar pikiran. Dari gaya tulisanya, pastilah anda seorang yang periang, dan gaul habis, tulisan selalu memilih kata-kata yang kocak dan ringan seringan kapas, tetapi tetap berbobot.. salut...

Yudhi Herwibowo mengatakan...

@ Mbak Anggie : ah, mbak untuk buku2 komedi emang harus begitu. mengikuti segmen pembaca... ;P
tapi buat buku sejarah dan lainnya gak kog. aku juga sering serius.. ;D

Anonim mengatakan...

sip mas tulisannya asik.salam kenal ya...
kupikir kita sama-sama asli purwokerto n sama2 kuliah di UNS ya? aku angkatan 96 FE UNS. dulu kos bareng ma anak2 arsitek UNS 95; anang , novi. di pelangi buana.tapi lupa gak pernah atau lupa ya ma temen novi n anang yg namanya yudi.

lam kenal aja...salam ngapak2

danang

Yudhi Herwibowo mengatakan...

anomim :

padahal aku sering ke pelangi buana loh maas...

Elya Resha mengatakan...

heheheh larees larees

Yudhi Herwibowo mengatakan...

@ elya : amiiiiiiiin hehe

angga_n81 mengatakan...

pantesan, kok rasanya buanyak buanget tulisannya sampe gua hampir kembung bacanya . . . . .
saking banyaknya tebelnya dan font nya juga kecil2 lagi . . . .
sedikit komentar, pas pertama baca rasanya bingung, imajinasi gua belum bisa membaca situasi keadaan tempat, n setelah meranjak ketengah, baru bisa nemuin imajinasinya . . . .

sorry kalo tulisan2 gua ini terlalu to the point . :D

Yudhi Herwibowo mengatakan...

haluu angga...
gak papa kog. aku seneng dapet masukan. gokil van ngekos emang buku ke5. harusnya sekedar lanjutannya dari buku pertama asoi geboi bohai. kalo di asoi geboi aku jelasin kog, asal nama, kondisi kos, bahkan ada petanya juga. kalo ada yang masih merasa mencari2 dulu saat baca gokil van ngekos, aku maklum karena emang gak ada cerita pengantarnya. karena dianggap sudah baca asoi geboi semuaaaa... ;D

Anonim mengatakan...

oooowwwww akhirnya ku menemukanmu
aku suka bgt ma novel km yg "asoi geboi bohai"
boleh mnta alamat email"a gag ???
ini emaiku intan.lambert@yahoo.com

Yudhi Herwibowo mengatakan...

makasih anonim,
alamat emailku hiozza@yahoo.com

Bocah Galau mengatakan...

kak yudhi... baru baca asoi geboi bohai aja aku sudah ngefans sama kaka.. haha
semoga sukses selalu ya kak... ajarin dong bakatnya,, aku juga pengen jadi penulis lho ka.. hihi :D

Bocah Galau mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Yudhi Herwibowo mengatakan...

tengkyuuu perjalanan hidupkuuuu....; D
senangnya. kalo mau nulis segera saja. masih banyak peluang kog... ;D

Bocah Galau mengatakan...

okok kak... ni juga lagi proses bikin tulisan,,, hihi tapi nda tau deh bagus apa gak nya :D

Yudhi Herwibowo mengatakan...

siiiiip, harus pede yaaaa... ;)

Unknown mengatakan...

Meski terlambat membaca, tapi bersyukur banget saya menemukan blog Mas Yudhi.. Tulisannya di novel ini, renyah, enak banget dibaca dan kerennya bisa bedakan antara menulis yang kocak dengan narasi yang serius seperti novel mas terbaru.. pengen belajar. Sungguh. Salam

Yudhi Herwibowo mengatakan...

terima kasih Stephanie Aryanti...
senang berkenalan.

aku sendiri masih terus belajar kog... :)

Trubus Nurdiansyah mengatakan...

Bang resensi novel ini mana ya? Tolong dong publikasikan

Triati Soleha Romansyah mengatakan...

Ini buku bikin ngakak berlipet...Saya udah beli kog...