Buku ke24 saya akhirnya terbit di penghujung tahun 2009. alhamdulillah.
ini termasuk naskah paling lama yang saya tunggu. mungkin sekitar 11 bulan dari pertama kali saya kirimkan seblulan setelah Kuch kuch Lebai Hai terbit.
Konsep awal buku ini adalah lanjutan dari Asoi Geboi Bohai. Waktu saya kirim dengan judul : Asoi Lebai Lagai, sengaja dengan judul itu supaya ada hubungan dengan 2 buku saya sebelumnya : Asoi Geboi Bohai dan Kuch kuch Lebai Hai...
Tapi ternyata penerbit menggantinya menjadi Gokil van Ngekos. Gak masalah. judul ini jadi terasa lebih menjual.
Awalnya buku ini cuma memuat 24 cerita. Namun di akhir finishing layoutnya, saya menambahkan 3 cerita : voli pantai ala eltoros, mbah citro selingkuh sama demam fitnes.
Buku ini jadi terasa sangat penuh. tebalnya 224 halaman dengan font yang lebih kecil dari biasanya. kertasnya juga memakai kertas koran, hingga harganyanya cuma 24.500. sangat terjangkau bag abg yang kalo beli pulsa gocengan doang, hehe. Intinya : membeli buku ini terasa marem banget. tebel, fontnya kecil2 dan ceritanya banyak... bisa baca 7 hari 7 malam, hehe...
*****
salah satu petikan ceritanya :
Tikungan Kematian
Seperti yang semua tahu, sebelum kost di eLtorros, saya kost di pinggir jalan Ir. Sutami. Kostnya memang gak ada namanya, tapi sumpah terkenal banget, terutama di lingkungan pemilik kost! Halah!
Ada pengalaman yang gak akan saya lupa kost disana. Bukan di dalam kostnya, tapi di depan kostnya. Tepatnya di tikungan jalan besar di depan kost saya.
Di tikungan itulah kerap terjadi banyak kecelakaan. Konon, dari cerita turun-temurun orang-orang tua di sekitar kost saya, tikungan itu dinamakan… tikungan kematian!
Tereeeeeng!
Sebuah cerita pernah terkuak beberapa tahun lalu. Saat itu pernah ada seorang reporter televisi swasta meliput soal tikungan ini. Baru aja dia bilang, “Para pemirsa, kini saya tengah berada di tikungan yang dikenal oleh masyarakat Solo sebagai tikungan kemat…”
Lalu… wuuuuuush… BRAAAAK!
Sebuah gerobak bakso langsung menabraknya dengan sukses. Kasian banget, dia sampai terkapar tak berdaya. Beberapa jerawatnya terpaksa diamputasi.
Sumpah ini beneran terjadi. Cuma sekedar contoh kecil.
Kadang saya merasa seperti salah memilih tempat kost. Namun dari situlah saya mendapat banyak pengalaman yang selalu berhubungan dengan segala macam kecelakaan. Hampir seminggu sekali terjadi kecelakaan. Bahkan sekali waktu, saat lagi ditengok keluarga dari Purwokerto, kecelakaan terjadi tepat di depan jendela kamar saya!
*****
Cerita pertama saya tentang kecelakaan adalah saat saya memakai baju favorit saya.
Waktu itu saya punya satu baju favorit. Walau hanya kaos biasa, tapi gambarnya bo! Michael Jackson!
Saya ini… apa ya sebutannya? Jacksonis? Jacksoner? Bala Jackson? Sobat Jackson? Pokoknya gitu deh. Sebelum semua orang suka Jacko setelah ia meninggal, saya bener-bener sudah suka Jacko lamaaaa benget, mungkin dari jaman saya masih ingusan. Satu persamaan saya dengan Jacko adalah , kalo megang anu, kita langsung njinjit dan mendesah atau berteriak, ‘yiiiiha!’
Sebenernya saya punya 3 kaos dengan gambar Michael Jackson. Tapi yang paling saya suka, ya yang ini. Abis ini yang paling mahal. Saya belinya di Jogja. Kata yang jual ini buatan luar, luar Jogja maksudnya, kalau gak Bandung berarti Jakarta.
Kaos putih ini bergambar Michael Jackson di tengah konsernya. Ia lagi berdiri jinjit di mana satu tangannya memegang topi yang diturunin sedikit, lalu tangan satunya lagi memegang anunya. Gambar ini bener-bener mengandung filosofi yang dalam buat saya. Topi yang sedikit menunduk adalah simbol kalau Michael Jackson menghormati para penggemarnya. Kaki yang berdiri menjinjit adalah simbol beratnya beban hidup Michael Jackson selama ini. Dan tangan yang sedang memegang anunya adalah symbol untuk dirinya yang selalu menjaga nafsu syahwatnya! Buseeet, dalem banget!
Saya beruntung punya kaos dengan nilai filosofi begitu dalem. Apalagi yang bikin lebih istimewa, ada manik-maniknya tersebar di beberapa bagian. Jadi bikin berkilauan kalau dipakai.
Sumprit, kalau saya jalan dengan kaos itu, kesannya saya ada di atas panggung. Apalagi kalau kedapatan ada yang lagi nyetel lagunya Michael Jackson….
la la la la la…. black or white
li li li li li… black or white…
Tanpa sadar saya bakalan melakukan moonwalker. Kereeen!
Tapi sayangnya, kesukaan saya ini membuat temen-temen saya sering dihinggapi perasaan sirik. Katanya kaos saya itu mirip banget baju dangdutnya Camelia Malik…
Sotoy, gak tau orang seneng!
*****